Tentang Realitas dan Perubahan Artikel Dan Opini Nasional by Pimred - Juni 20, 20180 Dilihat 1545 Tidak ada yang abadi didunia ini, kecuali perubahan itu sendiri. Realitas dan perubahan merupakan dua kata yang mempunyai makna berbeda tetapi dari dua kata itu sejatinya akan melahirkan sejarah kehidupan yang luar biasa. Realitas merujuk pada makna sesuatu yang kita lihat. Sesuatu yang kita lihat bergantung pada persepsi dan kemampuan kita menangkap sebuah objek. Persepsi setiap orang akan dipengaruhi oleh pengalaman dan latar belakang yang berbeda. Begitu juga dengan kemampuan seseorang melihat sebuah object, tentu akan dipengaruhi oleh pengalaman dan latar belakang yang berbeda. Karena kemampuan dan latar belakang yang berbeda itu pulalah kadang sebuah realitas yang sama bisa menimbulkan kesimpulan yang berbeda. Mencermati Sebuah Realitas Sebuah realitas yang terjadi dihadapan kita tidak selalu terjadi secara alami, ada realitas itu yang kejadiannya memang dibuat, sehingga kesimpulannya mengikuti si pembuat realitas. Sebagai contoh peristiwa banjir disebuah tempat. Peristiwa banjir yang kita lihat adalah sebuah fakta. Tapi sebuah fakta banjir kadang dibuat karena adanya maksud tertentu. Sehingga fakta yang kita lihat, kesimpulannya akan mengikuti kemauan sipembuat fakta. Kita bisa kembangkan contoh pada kasus kasus lain yang terjadi disekitar kita. Apakah kasus yang terjadi adalah realitas yang sebenarnya atau realitas yang dibentuk. Cermat memahami sebuah peristiwa dengan segala latar belakang yang mewarnainya, akan menjadikan kita cerdas melihat sebuah realitas. Kita tak akan mudah diarahkan apalagi dimanfaatkan. Cermat melihat realitas juga akan membawa kita pada kemampuan menempatkan diri pada posisi yang tepat. Sehingga posisi yang kita tempati tidak selalu statis, kita akan menjadi sangat dinamis dalam menempatkan diri. Karena memang tuntutannya harus berubah. Peristiwa sosial politik yang terjadi disekitar kadang menjadi sangat abu abu, oleh karenanya dibutuhkan kecerdasan dan kecermatan dalam melihatnya. Menyadari bahwa kita mempunyai keterbatasan dalam melihat sebuah realitas, maka belajar dan berdiskusi merupakan sebuah upaya menghindarkan kita dari kekeliruan memahami realitas. Menempatkan Diri Dalam Perubahan Perubahan berarti sesuatu itu mengalami perbedaan dari posisi semula. Perubahan itu bisa bermakna berubah bentuk, berubah posisi atau berubah penyikapan. Kemampuan melihat arah perubahan akan menjadikan kita mampu menempatkan diri pada arus perubahan itu secara tepat. Dalam sebuah realitas memperjuangkan ide, maka gagasan memperjuangkan idenya bisa selalu tetap tetapi cara yang dilakukan bisa berubah, karena memang tuntutan untuk menjadi berhasil dalam memperjuangkannya harus berubah. Nah itulah yang disebut dengan tuntutan taktis dan strategis. Bukankah dalam realitas sosial yang kita geluti seringkali kita berbeda dalam melihat persoalan, mengapa bisa terjadi? Ya karena memang kita ditakdirkan mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan itu menjadi tajam manakala kita merasa diri menjadi paling benar dan paling hebat. Kita tak mampu melihat realitas yang sebenarnya, sehingga seringkali memaksakan kehendak yang berujung pada simpulan yang tidak sama dengan saya adalah musuh saya. Dan lebih fatal lagi ditengah perbedaan itu lalu dibuat sebuah realitas bohong untuk menjatuhkan orang yang dianggap berbeda. Bijak Dalam Bersikap Ditengah situasi yang tak menentu dan dibutuhkan kecermatan, maka sikap bijak menjadi sebuah keniscayaan. Sikap bijak itu wujud dari perilaku yang berhati hati dan tidak tergesa gesa. Sikap bijak itu diantaranya mencoba mempertajam persamaan ditengah orang lain mempertajam perbedaan. Sikap bijak merupakan wujud kematangan dan kedewasaan. Nah kita akan menjadi siapa, bergantung dari cara kita bersikap dalam melihat sebuah realitas. Rasulullah saw. bersabda: “Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia. Pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara.” Lalu beliau ditanya, “Apakah Ruwaibidlah itu?” beliau menjawab: “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan orang banyak (umat).” (HR. Ibnu Majah) Semoga bermanfaat! Assalamualaikum wr wb… Selamat berhari libur dan beraktifitas bersama orang orang terbaik dan dicintai, semoga keberkahan dan rahmat selalu tercurah kepada kita semua.. Aamien. Surabaya, 16 Juni 2018 M. Isa Ansori Sekretaris LPA Jatim, Anggota Dewan Pendidikan Jatim, Staf Pengajar di STT Malang dan Ilmu Konunikasi Untag 1945 Surabaya Bagikan Ini, Supaya Mereka Juga Tau !