Anda berada di :
Rumah > Artikel Dan Opini > ” Ojo Balapan Rek “

” Ojo Balapan Rek “

Dilihat 1543

Seperti biasanya, saya paling suka melihat acara televisi kalau sudah berkaitan dengan F1. Yang paling menarik adalah ketika Marques menyalip Valentino Rossi di tikungan menjelang finish. Begitu disalip, Valentino Rossi juga tidak tinggal diam,  dia tetap mengejar dan tetap bisa mempertahankan posisinya pada peringkat pertama.

 

Adakalanya orang memandang hidup itu seperti perlombaan dan ada pula orang menganggap hidup sebagai sebuah pengabdian. Sehingga setiap orang berhak mempersepsikan cara hidupnya ketika bersama orang lain. seperti biasanya, persepsi seseorang terhadap hidup dan orang lain akan dipengaruhi oleh pengalaman pengalaman yang dimiliki.

 

Ketika orang memandang hidup sebagai sebuah perlombaan,  maka akan ditanamkan bahwa dalam hidup itu harus ada yang  menang dan kalah,  harus ada yang merasa menang dan harus ada yang merasa dikalahkan. Sehingga satu sama lain akan berkompetisi untuk saling memenangkan. Dalam memenangkan sebuah  persaingan biasanya akan ada upaya mencari celah kelemahan untuk menjatuhkan pihak lawan. Warna kehidupan akan menjadi keras,  saling menjatuhkan,  sehingga upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengatakan ” Ojo balapan rek! “.

 

” Ojo balapan rek  ! “, merupakan nasehat bijak ketika perspektif kita tentang hidup adalah perlombaan,  berkompetisi dan saling mengalahkan. ” Ojo balapan rek “, menunjukkan adanya perasaan bahwa  ada orang yang mencuri start dalam sebuah komunitas kehidupan. Sehingga  perlu diingatkan. Ada ketidak jujuran yang disematkan,  sehingga perlu untuk dihentikan.

 

Bagi saya hidup tidak sekedar manusia harus bertahan. Bagi saya hidup itu bagaimana manusia bisa hidup dengan saling menguatkan. Karena pengalaman hidup yang diajarkan kepada saya adalah bahwa hidup itu diciptakan agar kita bisa menghidupkan kehidupan,  bukan untuk mematikan kehidupan. Disanalah saya meyakini mengapa Allah menciptakan manusia agar beribadah,  agar supaya ketika dia menjadi ” khalifah “, dia bisa menjadi obor bagi kehidupan manusia yang lainnya. Mereka akan saling melengkapi dan menguatkan dan hidup mesti harus bersinergi,  tanpa harus mengalahkan dalam memenangkan sebuah perlombaan. Mereka akan menjadi pemenang semua,  mereka akan merasa menang pada posisinya masing masing.

 

Hidup Tanpa Saling Mengalahkan

 

Alam semesta pada dasarnya merupakan ladang besar yang disediakan untuk manusia dalam menyemai kehidupan. Manusia diharapkan menjadikannya sebagai ladang pengabdian. Pemahaman bahwa alam semesta sebagai ladang pengabdian,  akan menanamkan bahwa antara dirinya dan orang lain butuh untuk saling menguatkan dalam menyemai pengabdian. Keterbatasan akan menjadi pengingat bahwa kita butuh orang lain.

 

Perasaan butuh orang lain akan mendorong perpektif yang positif terhadap orang,  sehingga kita sudah menanamkan kepercayaan,  bahwa dia yang saya butuhkan adalah orang yang bisa saya percaya dan bisa bersama sama menghidupkan kehidupan dengan caranya masing masing.

 

Saling percaya dan menyadari ketidaksempurnaan,  merupakan cara menjadikan hidup tanpa harus mengalahkan. Ibarat orang yang akan menjalin rumah tangga,  percaya dan menyadari kesempurnaan adalah sesuatu yang menyatu dalam jiwa masing masing.  Percaya akan menjadikan hidup kita seolah ” bermuhrim “. Melebur menjadi kesatuan dan keterpaduan dalam meraih kemenangan.  Tidak akan ada yang merasa dikalahkan,  karena memang tidak ada ” balapan ” dan tidak ada yang dinamakan saling mengalahkan.

 

Penggambaran sinergesitas dalam memenangkan kehidupan,  pernah dicontohkan oleh Nabi SAW ketika berhijrah ke Madinah. Nabi mempertemukan antara kaum muhajirin dan kaum ansor. Dalam pidato kenegaraannya,  Nabi menyatakan bahwa kalian bersaudara,  kalian berkonsekwensi saling menghidupkan. Harmonisasi kehidupan bermartabat dipentaskan.

 

Kaum Ansor memberi pertolongan kepada kelompok Muhajirin,  mereka menanamkan keprcayaan bahwa tanpa saling melengkapi dan saling menguatkan,  maka mereka akan selalu dihinakan oleh kehidupan. Kesudahan harmonisasi dan sinergi kaum Ansor dan Muhajirin,  Nabi mampu menaklukkan kota Mekkah tanpa ada pertumpahan darah.

 

Nah kawan…. Bersinergi adalah hal yang beradab dan bermartabat.  Bersinergi adalah sebuah kesadaran tertinggi manusia. Bersinergi merupakan upaya memanusiakan manusia pada ” maqomnya ” masing masing. Tidak akan ada yang merasa dikalahkan,  karena mereka semua berkarya bagi berlangsungnya kehidupan.

 

Akhirnya yang ingin saya katakan bahwa prinsip hidup yang saya pegang adalah saling menguatkan,  saling melengkapkan diantara keterbatasan, ditengah upaya upaya itu saya memaksakan diri untuk percaya kepada orang lain,  agar ruang batin kita mampu meyediakan ” rasa percaya ” teehadap orang lain. Tidak ada dalam pandangan  saya kita harus saling mengalahkan dan menjatuhkan dalam mdrangkai kehidupan.

 

” Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia,  kecuali mereka ditugaskan untuk beribadah ”

 

”  Sebaik baik manusia adalah mereka berbuat baik kepada manusia yang lainnya ”

 

Akhirnya…. Semoga Allah melembutkan hati kita dan membimbing kita menghadirkan ruang mata batin yang siap percaya kepada orang lain

 

Assalammualaikum wr wb….. Selamat pagi,  selamat beraktifitas dalam kebaikan,  semoga Allah selalu memberkahi… Aamien.

 

Surabaya,  28 April 2018

 

  1. Isa Ansori

 

Pegiat pendidikan yang memanusiakan serta Anggota Dewan Pendidikan Jatim

Bagikan Ini, Supaya Mereka Juga Tau !

Tinggalkan Komentar

Top

Marhaban ya Ramadhan


 

This will close in 10 seconds