Anda berada di :
Rumah > Artikel Dan Opini > Melukis Harapan Ditengah Kesunyian

Melukis Harapan Ditengah Kesunyian

Dilihat 1551

Setiap orang sejatinya ditakdirkan hidup dengan ditemani oleh harapan harapan. Tentu saja setiap mereka yang berharap ada keinginan untuk mewujudkan harapan harapan itu, namun kadang ada juga yang tak mampu, karena memang mereka dalam keadaan tak berdaya menghadapi keadaan.

Nah betapa banyak diantara mereka yang berharap tapi tak mampu mewujudkan harapannya, kalau bukan karena “keajaiban” mereka hanya akan terkapar dengan harapan harapannya. Sebagai pegiat sosial kemasyarakatan, saya sangat merasakan desah nafas harapan harapan itu, utamanya dikalangan anak anak yang berharap bisa merenda harapannya menjadi tenun kenyataan.

Adalah Birrul Qadriyah, salah satu anak yang beruntung memdapatkan beasiswa bidik misi pada zaman M. Nuh sebagai menteri pendidikan. Dia tercatat sebagai mahasiswa bidik misi fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada. Dia menuturkan betapa tiap hari harus berangan angan untuk menjadi seorang mahasiswa ditengah kemiskinan yang dialami. Harapan menjadi mahasiswa awalnya adalah harapan kosong yang dia hamparkan. Namun dia meyakini Tuhan tak akan membiarkan hamba Nya kalau hamba Nya bersungguh sungguh berharap. ” Berdoalah kepada Ku, niscaya akan Aku kabulkan doa doa mu “, begitulah janji Tuhan kepada hamba Nya.

Suatu saat dalam kisahnya, dia memberanikan diri untuk menyampaikan keinginannya kepada ayah ibunya yang seorang buruh tani. Tak ada jawaban dari ayahnya, karena memang sang ayah dan ibu tak mampu memberi jawaban atas keadaan yang terjadi. Dengan upah 5 ribu sampai 10 ribu sekali tanam, menjadi mahasiswa adalah sebuah ketidakniscayaan.

Sang ayah diam dan tak ada sepatah katapun yang mampu diucapkan. Dia kayuh sepeda untuk membuka tabir kegelapan harapan, dan dia cari jalan terang mewujudkan harapan sang putri yang bermimpi besar manjadi anak yang berbakti. Tuhan memang Maha Adil dan Maha Pemberi Rezeki. Sang “malaikat” penyelamat dihadirkan oleh Allah dalam bentuk program bea siswa bidik misi yang menyasar anak anak negeri yang bermimpi menjadi abdi negeri . Adalah M. Nuh, menteri pendidikan dan kebudayaan pada zaman Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai presiden, menjadi penyelamat mereka yang membangun mimpi mimpi besarnya meski tak berdaya dalam menghadapi keadaan hidupnya. Maka jadilah Birrul Qadriyah bersama ribuan anak anak miskin yang bermimpi besar menapaki jalan yang tak pernah mereka bayangkan, menjadi mahasiswa. Tuhan akan selalu menghadirkan orang orang baik ditengah tengah harapan baik mereka yang membutuhkan.

Sebagai orang yang bergerak di Lembaga Perlindungan Anak di Jawa Timur, saat ini saya juga sedang menangkap gelisah anak anak yang karena kemiskinannya, mereka harus menjalani masa masa kanaknya didalam penjara. Mereka harus menjalani masa pidananya akibat perbuatan yang dilakukannya. Mereka semua adalah korban dari sebuah keadaan yang menyebabkan mereka. Melakukan tindakan kriminal. Mereka harus tinggalkan masa masa pendidikannya, meski dalam menjalani pidananya mereka juga diberi kesempatan belajar, tapi hak mereka untuk belajar dan tercatat disekolah awal, terampas oleh keadaan yang ada.

Mereka harus tercerabut dari sekolah asal dan keluarganya dan berubah status kesiswaannya. Mereka menjadi anak anak yang menjalani pidana. Tak jarang mereka seolah terbuang, karena keluargapun tak mampu menjenguknya, karena memang kaeadaan yang membuat para keluarga itu tak mampu menjenguk anak anaknya yang menjalani pidana.

Saat ini tercatat sekitar 220 anak di Jawa Timur yang sedang menjalani masa pemidanaan di LPKA Blitar yang dulu dikenal dengan Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar. Mereka sejatinya adalah anak anak yang baik, hanya karena keadaan, yang pada akhirnya mereka mengalami masalah seperti saat ini.

Saya mencatatnya dari 220 anak itu sekitar 80 anak berasal dari Surabaya yang tersebar dari beberapa wilayah di Surabaya, mereka rata rata dari keluarga yang tak berdaya. Mereka tak mengunjungi putra nya bukan karena mereka tak mau, tapi karena mereka memang tak mempunyai kemampuan untuk beranjang sana. Lalu bagaimana dengan anak anak itu? Apakah mereka tak berharap dijenguk orang tuanya? Mereka sangat berharap agar suatu saat selama mereka menjalani masa pemidanaan di LPKA Blitar, orang tuanya hadir dan mereka akan bersujud dan mencium kaki orang tuanya untuk minta maaf.

Mereka berharap Tuhan mengirimkan malaikat yang bisa mengahadirkan orang tuanya, agar mereka bisa bersujud dan memohon maaf dengan mencium kaki orang tuanya.

Nah melalui tulisan ini, saya berharap ini bisa menjadi oase bagi anak anak itu agar kelak orang tuanya bisa dihadirkan oleh para pejabat bupati dan walikota, Gubernur dan para anggota DPRD Kabupaten dan Kota serta Provinsi Jawa Timur yang warganya, anak anak sedang membangun harapan harapannya dari balik ruang ruang penjara di LPKA Blitar. Harapan mereka agar bisa dipertemukan dengan orang tuanya dan mereka bisa diterima serta bisa menjalani masa masa belajarnya.

Semoga Saja…..

Surabaya, 19 Januari 2019

M. Isa Ansori

Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak ( LPA) Jatim dan Anggota Dewan Pendidikan Jatim

Bagikan Ini, Supaya Mereka Juga Tau !

Tinggalkan Komentar

Top

Selamat Hari Raya Idul Fitri


 

This will close in 10 seconds