Anda berada di :
Rumah > Artikel Dan Opini > Ketika Nalar Menjadi Dungu

Ketika Nalar Menjadi Dungu

Dilihat 1543

Pernahkah dalam bergaul kita menjumpai seseorang itu sangat banyak apa yang dibicarakan tapi kesimpulannya sangat dangkal sekali. Atau kadang kita jumpai seseorang kalau diajak berdiskusi, prilakunya selalu bertele tele dan membuat istilah istilah yang mengaburkan persoalan. Nah pada saat seperti itu kita sedang memproduksi nalar kedunguan.

Kedunguan sejatinya bukanlah sebuah penyakit, kedunguan merupakan imbas dari pada sikap pembual. Semakin banyak yang dibualkan maka akan semakin nampak kedunguan. Dungu sejatinya sebuah cara menutupi keterbatasan dengan cara berbual dan berbohong. Seringkali kedunguan nalar menyebabkan seseorang tak mampu melihat gelap dan terang sebuah pilihan. Bagi pendungu yang ada adalah menghamba pada tuan dan tak mau tahu kelemahan tuannya, kalau ada yang mengkritik, maka dibela dengan cara cara dungu dan membabi buta.

Para pemelihara kedunguan hakekatnya adalah mereka merupakan ruang kosong yang sudah diracuni oleh ” sistem ” pengaruh yang menjerumuskan. Pendungu itu tidak selalu mereka yang tak terdidik, kadang mereka yang terdidikpun bisa bersikap dungu.

Lihatlah konstelasi sosial kemasyarakatan kita yang ada saat ini. Apa yang tertulis dan terlihat seolah menjadi kontestasi dungu antar masyarakat. Bayangkan dalam pemilu pemilihan presiden yang ada saat ini, antar pendukung seolah sedang memilih presiden berjenis malaikat, tak boleh ada salah dan tak mau mengakui calon yang didukungnya punya kelemahan.

Nah ketika kedunguan sedang dikontestasikan, maka setiap kesalahan lawan akan dikejar untuk dihancurkan dan setiap kelemahan calon yang dikritisi akan dibela habis habisan serta akan membully para pengkritiknya.

Situasi sosial politik kita sedang memamerkan kedunguan, sehingga siapapun yang dianggap berbeda, maka akan distigma salah. Satu ciri yang menguasai berpikirnya orang dungu adalah, bahwa secara tanpa sadar iya menganggap setiap orang di dunia ini punya cara pemikiran yang sama seperti dirinya.

Dan itu pula lah barangkali yang menguasai mereka yang banyak omong dan senang membual, dengan cakap besar sampai senang membangga-banggakan diri sendiri dan membesar-besarkan ceritanya. bahkan terlalu senang akan fantasi ceritanya, tak sadar lagi ia, entah mana yang iya, entah mana yang tidak.

satu yang tak pernah bisa mereka lihat adalah, bahwa orang-orang lain pendengar bualan, mereka mempunyai kemampuan untuk bisa menilai, mencerna sebuah cerita sebelum memasukkannya ke kepercayaan mereka. Meski di hadapan pembual kebanyakan orang yang tak ingin ambil pusing, hanya akan mengangguk percaya. Membuat sipembual pun benar-benar percaya ia berhasil membuat orang yakin akan ceritanya, sehingga makin senanglah dia, makin berkembanglah imajinasi ceritanya.

Orang-orang dengan mulut besar akibat kedunguan ini sungguh benar ada, nyata di mana-mana. bahkan tak sekedar orang-orang yang di anggap dungu atau bodoh, mereka berkembang di berbagai kalangan dan tempat.

Mereka ada diletakkan di kalangan orang penting. Menjadi orang penting, mestinya menjadi panutan, namun omongannya malah tak terarah.

Mereka (secara tak disangka) ada pada sosok yang tampak diam, tapi setelah didekati ternyata ia punya ribuan cerita, namun meracau.

Mereka ada pada seorang dengan begitu banyak pengalaman hidup dan telah melalui bermacam liku yang keras tengah bercerita pada seorang yang nyaris tak memiliki pengalaman hidup. agaknya pikirnya orang tak punya pengalaman hidup ke tiap sudut dunia takkan bisa berpikir. ah ya, kedunguan. bukankah ia beranggapan tiap orang kan sama seperti dirinya cara berpikirnya.

Mereka ada pada sebuah bangku di dalam bis, tengah berbicara dengan orang asing disebelahnya yang karena tak kenal, maka disangkanya ia kan bebas membual.

Mereka juga ada mencoba masuk ke kalangan artis, menjadi seleb gagal, yang terobsesi menjadi terkenal lalu mengarang berbagai cerita tentang hidupnya. alhasil, bukan terkenal akibat prestasi yang ia dapat, tapi karena sensasinya. tapi sekali lagi kedunguan, ia tak peduli, toh yang penting dikenal.

Pembual dan kedunguan. Jelas tak bermaksud menyamakannya, hanya saja kebanyakan itu sejalan. balik ke pengertian kedunguan, Jika seorang yang pintar, lalu menjadi hebat, sebelum begitu banyak bicara, ia akan berpikir lagi, Bahwa di atasnya, ada yang lebih hebat. malulah ia untuk membesar-besarkan dirinya. seorang yang cerdas, jika hendak berbohong atau membual, pasti akan dicarikannya terlebih dahulu kata-kata yang akan berhasil mengelabui orang, terutama perkirakan seperti apa tingkat kecerdasan lawan bicaranya ─ Yang tak dimiliki orang dungu.

Maka, jika anda hendak membual perkirakan dulu kemampuan orang yang anda akan ajak berbicara, agar setidaknya jika kamu menjadi pembual, Jangan sampai terlihat bahwa anda dungu..

Assalamualaikum wr wb..

M. Isa Ansori

Bagikan Ini, Supaya Mereka Juga Tau !

Tinggalkan Komentar

Top

Marhaban ya Ramadhan


 

This will close in 10 seconds